Musik di Realino (Band Realino)

Rubuyanto, Mulyanto, Bavo Saragih, Dwi Narwoko, Eddy Iswanto, Affandi

oleh j.mulyanto, realino ’62

Pada saat saya masuk Realino tahun 1962, musik Realino “didominasi” oleh musik klasik. Kita bisa lihat dari koleksi alat musik di Realino pada waktu itu.  Ada sebuah piano tua, beberapa biola, cello dan ada sebuah bas betot. Pada waktu Romo Willenborgh pulang cuti dari negeri Belanda, beliau membawa tambahan koleksi yaitu beberapa biola lagi, beberapa cello, saksophone dan suling. Lalu muncul sebuah orkes dengan conductor romo Willenborgh sendiri dan beberapa teman pecinta musik klasik.

Disamping itu ada choir Realino. Lagu yang paling kuingat : “Swing low, sweet chariot… coming for to carry me home.” Hwie Tong dan pacarnya juga punya kelompok musik kamar semi-klasik. Para pemula yang baru belajar biola, kalau lagi latihan di ruang musik hari sabtu atau minggu. Sangat mbrebegi dan menyakitkan telinga, terutama kalau meletakkan jari nggak pas, suaranya fals nggak karuan.

Kami yang bukan pecinta musik klasik, kalau malam minggu bisanya cuman gitaran di lorong-lorong sebelah aula mendendangkan lagu-lagunya Koes Bersaudara, Everly Brothers, Cliff Richard , atau lagu-lagu country. Lama-lama kelompok non klasik ini punya ide membuat group musik sendiri dengan aliran yang berbeda yaitu aliran ngak ngik ngok yang pada waktu itu dilarang oleh pemerintah.

Karena kecintaan kita terhadap musik yang tidak tersalurkan itu, dan terinspirasi oleh Band Gama yang hebat, sedang kemampuan untuk membeli sebuah gitar listrik saja tidak punya, maka atas inisiatif Yap Hwie Yang, mas Cuk, Purbowo, kita bertekad membuat sebuah gitar listrik dan bas gitar sendiri. Yap yang mendesign dan membuat body gitarnya dan saya hanya menyumbang beli spoel dan senar khusus gitar listrik, juga snar untuk bas gitar.

Membuat gitar di rumahnya Yap di Magelang. Pengerjaannya tidak sebentar, beberapa bulan. Setelah siap, kita masukkan nama-nama para pembuatnya di dalam body gitar. Dan sewaktu mau dicoba, masih ada kesulitan yaitu nggak punya amplifier dan speaker. Mau beli nggak punya duit, maklum mahasiswa kere.

Yap Hwie Yang (no.2 dari kanan)Tetapi nggak tahu siapa, ada seseorang (mungkin Purbowo) yang bongkar-bongkar gudang asrama dan menemukan sebuah radio lama yang sudah rusak. Radio dibongkar dan amplinya diambil, didandani dan ternyata masih bisa berfungsi. Speakernya terpaksa minjem radio di aula vila selatan, dan waktu gitar dicoba ternyata bisa bunyi dan suaranya lumayan bagus. “Cemengkling” nggak kalah dengan suara gitar merek Fender punyanya the Shadows. Begitu juga dengan bas gitarnya.

Jadilah satu ampli dipakai untuk lead gitar, rhytm, dan bas. Kadang-kadang masih ditambahi dengan speaker buat penyanyi. Volumenya nggak pernah dibuat penuh, takut radionya jebol. Hanya penyakit ampli ini kadang-kadang mbengung sendiri karena mungkin nggak pakai aarde. Kalau lagi mbengung biasanya ada sukarelawan yang memegangi ampli pakai tangan kiri, dan tangan kanan memegangi lantai. Kalau nggak kaki kiri telanjang menginjak ampli, kaki kanan menginjak lantai.

Hasil karya ini masih punya kelemahan lagi, kadang-kadang amplinya nyetrum dhewe. Nggak tahu kenapa, aku bukan ahli listrik. Wah, beberapa kali aku terkena sengatan listrik. Ampli dibiarkan telanjang. Tapi siiplah…! Jadilah kelompok ini membuat sebuah group musik a la the Shadows.. Lumayan, bisa untuk latihan sambil menyalurkan hobby.

Sebenarnya para personil bukan orang yang jagoan musik, hanya senang musik dan ngikutin trend musik pada masa itu. Tanpa partitur seperti kelompok musik klasik, tanpa ada yang mimpin. Cuman sama-sama saling ngajarin diantara pemain. Tentu saja alirannya musik “ngak ngik ngok” , ini istilah Bung Karno untuk musik kebarat-baratan. Melihat usaha kami Romo Willen melalui kas asrama menyumbang sebuah drum lokalan buatan Solo, yang dilengkapi dengan lampu supaya kulitnya tetap kenceng. Pemainnya saya sendiri, Yap main saksophon (sumbangan dari negeri Belanda) kemudian diganti Santoso, penabuh drum Prawoto Siswosugondo, yang main bas gitar Rudito. Ada lagi Slamet Haryono pemain gitar. Sedang penyanyi banyak sekali, ada Liem Djoen Hok, ada Paul Sutarno (Paul Sutarno kalau pagi nyanyi di kamar mandi, suaranya bisa terdengar sampai ke pemandian Kolombo. . . saking bantere).

Ada penyanyi andalan yaitu Subiyono yang suaranya sangat merdu dan empuk. Dan tentu saja ada juga penyanyi pinjeman dari asrama Stella Duce, Simbah dan dari asramane mbak Silvi di Wisma Seri Dharma, jenenge lali, bocahe ayu tenan. Lagu sing tak elingi  “..sepuluh tahun yang telah laluuu…” ( iku lho lagu sing dipopulerke Lilis Suryani). Tapi mungkin gara-gara lagu itu, si penyanyi cantik punya penggemar calon dokter Realino. Setiap aku arep ngapeli mesti wis kedhisikan .. hehe ngalah wae.

Karena band tanpa pelatih dan manager, mainnya juga amatiran kurang profesional, lagunya ya cuman ngikuti lagu-lagu populer yang terdengar lewat radio-radio komersiel atau radio Australia yang sedang rame-ramenya di Jogya. Latihannya di aula selatan. Kalau sedang latihan teman-teman asrama yang mau mendengarkan radio (padahal radio merupakan satu-satunya hiburan di asrama) terpaksa mengalah. Ini salah satu wajah kesetiakawanan Realino.

Band ini jago kandang… mainnya cuma di asrama, waktu dies Realino, atau kalau ada pesta-pesta kecil di Realino. Pernah juga sih main di asrama-asrama lain seperti asrama Stella Duce, Seri Dharma, bahkan RRI siaran untuk mahasiswa pada siang hari, atas usulan mbak Silvi yang penyiar siaran mahasiswa RRI Jogya pada waktu itu. Tapi karena peralatannya sangat sederhana, kalah dengan band-band luaran yang sudah semakin profesional. Lama-lama pemainnya kehilangan motivasi, dan mulai dibebani tugas-tugas kuliah lalu… mretheli dan bubar dhewe. Alat-alatnya diletakkan saja di gudang.

Tahun ’66 saya keluar dari Realino dan nggak tahu lagi apa ada yang melanjutkan, mungkin ada penghuni generasi berikut yang meneruskan..

5 Replies to “Musik di Realino (Band Realino)”

  1. mas Mul,
    Senang sekali dan asyik ada cerita baru yang bagus, yang membuat kami nostalgia. Teruskan mas Mul, kami kami ingin membaca cerita lain.

    Band penerus setelah itu (tahun 1966 ke atas)dipimpin oleh Yudomo – T Sipil UGM, anggotanya Slamet Haryono (lead gitar), Dwi Rahadi (bas), drum (anak Geologi), Yudomo (rythm). Penyanyinya Emmy, pacarnya Djoni (Magelang)adiknya Bob Sunu adiknya romo Mangun juga, Emmy anak SMA Stela Duce cantik dan putih. Setiap Dies band ini selalu manggung.

    Selamat selamat
    GS – angk 63

  2. Mas Mariyono dan mas Mulyanto,
    Wah ingatannya masih bagus bener. Saya tambahkan lagi: Peniup terompet, mas Priyosantoso; Drummer pengganti mas Prawoto Siswosugondo (Geographi) adalah mas Sukrisno (Geologi UGM), Mas Benyamin Aziz juga anggota band Realino,mas Michael Pribadi (Tan Hui Tjiu), mas Anton Sujarwo, mas FA Sumartono (Keset).

    Penyanyi dari SMA Stella Duce selain dik Emmy juga adiknya mas Rudito (mungkin namanya Andevy). Tetangga depan (Barat) villa Utara yang juga sering menyanyi di band Realino namanya dik Arumdati. Tenny Gabler (kost-nya di Jl. Gejayan di selatan batas Yogya – Sleman) juga pernah menyanyi di asrama Realino.

    Ketika saya berkamar di ujung Barat-Selatan villa Selatan (Persis di atas aula villa Selatan) lagu yang sering untuk latihan bandnya mas Mul antara lain berbunyi “Roses remind me of Rio, Rio remind me of you. Once at the garden fiesta —–“.

    Wou, empatpuluhenam tahun yang lalu, yang indah untuk dikenang, penuh dengan kebahagiaan, bisa dinikmati lagi tanpa memerlukan biaya.

    Mas Mul (UGM ’61) senior daripada saya (UGM 63).

    Salam
    RDD

  3. Mas RDD dan Mas Maryono, senang juga membaca bahwa band Realino masih ada yang melanjutkan. Bbeberapa nama seperti Priyosantoso, Slamet Haryono masih saya kenal..yang lainnya sudah nggak kenal. Lalu bagaimana dengan nasib peralatan seperti gitar buatan sendiri itu? Apa masih ada dan masih dipakai, ya?

    Salam S&V buat para pecinta musik Realino

  4. Menarik sekali membaca sejarahnya Band Realino berdiri, sekedar mau urun rembug saja bahwa di th 1985 Saya bersama2 dg rekan Andek, Ginting, satu rekan saya lupa namanya dan pianis dr anak Stella duce sempat menampilkan juga Band Realino pd waktu Dies Realino. Meskipun latihannya hanya semingguan dan lagu yg hrs dibawakannya cukup banyak…namun bisa dibilang kita tampil sangat baik pd waktu itu dg applaus yg meriah dr penonton. Setelah thn tsb, saya tidak tahu apakah msh ada penampilan Band Realino lagi atau engga karena keburu lulus cum laude dr Asrama…..

    Salam Sev

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.